Pages

Tuesday, September 14, 2010

INSIDEN PENUSUKAN PENDETA BUKAN INDIKATOR KONFLIK AGAMA

Di negara dengan begitu banyak ragam budaya dan agama, memang riskan terjadi konflik. Dengan mudah konflik dapat terjadi, bahkan hanya karena persoalan sepele pihak - pihak tertentu dapat terlibat konflik. Inilah ancaman bagi negara kita yang memiliki ragam budaya dan agama.

Insiden - insiden yang terjadi belakangan ini membuat banyak pihak beranggapan bahwa konflik antar agama kembali muncul permukaan. Setelah sepi pemberitaan, insiden penyerangan anggota HKBP Pondok Indah, Bekasi, disinyalir menjadi awal masalah yang memicu kejadian belakangan ini yang berbuntut terhadap penusukan anggota jemaat gereja HKBP beberapa waktu silam.

Seorang pengurus Gereja HKBP, Asia Lumban Toruan dan Pendeta Luspida Simanjuntak menjadi korban penyerangan oleh sejumlah oknum tak dikenal. Asia menderita luka tusuk di bagian atas perut, sedangkan Luspida hanya mengalami luka kening dan pinggang hasil penyerangan dengan benda tumpul. Kedua korban kini masih dirawat di R.S. Mitra Keluarga Bekasi. Asia dioperasi dan Luspida masih menjalani rawat inap.

Insiden ini lantas mendapat respon dari banyak kalangan. Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Timur Pradopo mengunjungi korban penusukan yang berasal dari Jamaat HKBP, Ciketing Asem, Bekasi, mengatakan peristiwa penusukan pendeta Hasean Lombantoruan bukan konflik agama melainkan murni aksi kriminal. Demikian pula apa yang disampaikan oleh Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin di Jakarta, Minggu (12/9). Senada dengan apa yang disampaikan oleh Kapolda Metro Jaya, Presiden SBY juga menilai bahwa insiden ini merupakan tindak kriminal dan masyarakat diminta tidak terprovokasi.

Mengingat masalah ini sungguh sensitif dan memerlukan perhatian seksama, Presiden SBY perlu memberikan penjelasan lebih utuh kepada masyarakat luas. Secara garis besar, tambah SBY, permasalahan penusukan berkaitan dengan tempat ibadah bagi jemaat HKBP. Selama 19 tahun rumah ibadah di kompleks perumahan tidak ada masalah apa-apa. Namun demikian ketika jemaat itu makin besar dan kegiatan ibadahnya makin intensif, warga berpendapat sebaiknya dicarikan tempat lain untuk menjalankan ibadah itu. Sampai titik itu, kata Presiden, tidak ada kekerasan apapun. Yang diinginkan adalah sebuah solusi. Namun, Presiden mengakui, solusi itu tak mudah didapatkan. Ketegangan makin besar terjadi.

"Sebenarnya insiden ini tidak perlu terjadi kalau saja ada komunikasi yang jelas antara anggota masyarakat. Memang kejadian di Bekasi bisa dikaitkan dengan insiden penusukan. Namun terlalu dini untuk dikatakan ada konflik, bisa saja ada oknum yang sengaja memanfaatkan situasi dan ketegangan yang terjadi", papar Altus Alfa, Supervisor Transjakarta Koridor Harmoni bagian Keamanan.


Nama : Yosua Eka Putra
NIM : 915080109
Sumber : Kompas Senin 13 September 2010 hal. depan "Presideb Minta Wrga Jangan Terprovokasi"

No comments:

Post a Comment