Ribuan ekor lalat mulai berkembang dan menyerang di sejumlah wilayah yang terkena erupsi Gunung Merapi. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya bangkai ternak yang mati dan belum sempat dibakar atau dibersihkan. Tidak hanya menghinggapi bangkai ternak, serbuan lalat ini juga menghinggapi pohon-pohon dan puing-puing rumah yang hancur akibat terjangan awan panas Gunung merapi.
Pemerintah pun tak hanya tinggal diam untuk menangani masalah ini. Kepala Bidang "Surveilance Epidemic" Balai Besar Tekhnik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL-PPM) Yogyakarta,Wawan Hermawan, menyatakan bahwa telah ada upaya penanggulangan masalah serbuan lalat ini. Menurut dia, pihaknya sudah empat kali melakukan penyemprotan disinfektan di wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman yang merupakan lokasi yang mengalami kerusakan parah. Meskipun telah beberapa kali dilakukan penyemprotan disinfektan tetapi hingga saat ini ribuan lalat masih bertebaran di setiap sudut, sehingga pada penyemprotan terakhir difokuskan untuk pemberantasan lalat melalui penyemprotan disinfektan.
Ia mengatakan, jika lalat menyerbu ke perkampungan yang dihuni penduduk maka penyebaran penyakit bisa luar biasa dan sangat mengkhawatirkan untuk kesehatan masyarakat. Tim dari Balai Besar Tekhnik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL-PPM) Yogyakarta sempat kaget dengan banyaknya lalat yang sudah menyebar ke tiap sudut desa. Menurutnya, memang tidak bisa memusnahkan ribuan lalat tersebut namun setidaknya bisa miminimalisir dan mengeliminasi sumber penyakit
Salah satu petugas lapangan Bagyo mengatakan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sangat lamban menanggulangi epidemik lalat tersebut. "Hingga saat ini hanya para relawan yang sudah peduli terhadap bangkai ternak, kami sudah lima kali melakukan penyemprotan ke sini, semuanya itu laporan dari relawan sedangkan BNPB belum pernah ada langkah nyata," katanya.
Menanggapi hal tersebut, Titus, seorang mahasiswa jurusan Manajemen Universitas Mercu Buana punya komentar sendiri. “Saya rasa penyakit pemerintah belakangan ini, mungkin yang selama ini belum ada perubahan adalah lamban menanggapi sesuatu. Pemimpin mestinya tanggap, kalau lamban ya makin banyak yang rugi. Toh kalau enggak sejahtera, rakyat negeri sendiri yang sengsara. Apa enggak kasihan sama mereka?,” ucapnya di sebuah kantor travel di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Nama : Yosua Eka Putra / 915080109
Sumber : Wartakota.co.id